Alat Pemantau Gempa Anak Krakatau Tidak Berfungsi
Kalianda, Lampung (ANTARA) - Alat pemantau gempa Gunung Anak Krakatau tidak berfungsi sehingga intensitas dan aktivitas gunung tersebut tidak terpantau dari pos pengamatan selama dua hari ini.
Kepala Pos Pengamatan GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan, di Rajabasa, Rabu, mengatakan, alat penangkap getaran gempa tidak mendapatkan energi dari panel surya karena tertutup abu vulkanik yang selama ini menyembur.
Dia menjelaskan, alat tersebut merupakan sistem pembangkit tenaga surya yang akan mensuplai energi alat penangkap kegempaan untuk menghantarkan intensitas kegempaan ke seismometer.
"Kerusakan terjadi selama dua hari ini, dan seismograf tidak berfungsi karena tidak mendapatkan sinyal getaran dari alat tersebut," kata dia.
Dia menerangkan, kerusakan terjadi pada elemen untuk mencharger panel surya sebagai penangkap kegempaan dan harus dibersihkan terlebih dahulu karena tidak dapat menyerap sinar matahari.
Untuk sementara ini, kata dia pihaknya memantau secara visual menggunakan teropong meskipun terkadang tertutup kabut sehingga Gunung Anak Krakatau sama sekali tidak nampak.
Menurutnya, perbaikan akan segera dilakukan oleh tim dari Badan Vukanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (BVMBG) Bandung.
"Kami tidak dapat memastikan kapan alat tersebut akan diperbaiki dengan membersihkan panel tersebut dari abu vulkanik," kata dia.
Dia mengatakan, kendala perbaikan itu sendiri nantinya terkendala karena lontaran atau semburan material panas berjatuhan di tubuh Anak Krakatau sedangkan dan panel surya tersebut berada di gunung tersebut.
"Mengingat statusnya waspada maka Anak Krakatau tidak didekati dengan radius aman minimal dua kilometer," kata dia.
Berdasarkan data terakhir Senin (22/11), jumlah letusan Gunung Anak Krakatau sebanyak 54 kali, gempa vulkanik dalam satu kali, gempa vulkanik dangkal empat kali, tremor 26 kali, dan hembusan 39 kali dan masih berstatus waspada.
Kepala Pos Pengamatan GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan, di Rajabasa, Rabu, mengatakan, alat penangkap getaran gempa tidak mendapatkan energi dari panel surya karena tertutup abu vulkanik yang selama ini menyembur.
Dia menjelaskan, alat tersebut merupakan sistem pembangkit tenaga surya yang akan mensuplai energi alat penangkap kegempaan untuk menghantarkan intensitas kegempaan ke seismometer.
"Kerusakan terjadi selama dua hari ini, dan seismograf tidak berfungsi karena tidak mendapatkan sinyal getaran dari alat tersebut," kata dia.
Dia menerangkan, kerusakan terjadi pada elemen untuk mencharger panel surya sebagai penangkap kegempaan dan harus dibersihkan terlebih dahulu karena tidak dapat menyerap sinar matahari.
Untuk sementara ini, kata dia pihaknya memantau secara visual menggunakan teropong meskipun terkadang tertutup kabut sehingga Gunung Anak Krakatau sama sekali tidak nampak.
Menurutnya, perbaikan akan segera dilakukan oleh tim dari Badan Vukanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (BVMBG) Bandung.
"Kami tidak dapat memastikan kapan alat tersebut akan diperbaiki dengan membersihkan panel tersebut dari abu vulkanik," kata dia.
Dia mengatakan, kendala perbaikan itu sendiri nantinya terkendala karena lontaran atau semburan material panas berjatuhan di tubuh Anak Krakatau sedangkan dan panel surya tersebut berada di gunung tersebut.
"Mengingat statusnya waspada maka Anak Krakatau tidak didekati dengan radius aman minimal dua kilometer," kata dia.
Berdasarkan data terakhir Senin (22/11), jumlah letusan Gunung Anak Krakatau sebanyak 54 kali, gempa vulkanik dalam satu kali, gempa vulkanik dangkal empat kali, tremor 26 kali, dan hembusan 39 kali dan masih berstatus waspada.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Tinggal khan jejak ente di sini!!!
you comment I follow.....!!